Scan Retina Dibayar 500 Ribu di Depok: Jangan Terlena

Belakangan ini viral di media sosial dan berbagai platform berita mengenai aktivitas scan retina mata di Depok yang menawarkan imbalan uang tunai antara Rp500.000 hingga Rp800.000 per orang. Kegiatan ini diklaim sebagai bagian dari proyek Worldcoin yang menawarkan “identitas digital global” dengan imbalan berupa token kripto.

Meski terdengar menarik, penting bagi masyarakat untuk tidak gegabah menyerahkan data biometrik hanya karena iming-iming uang. Artikel ini akan memberikan informasi lebih detail mengenai kasus ini.

Apa Itu Worldcoin dan Scan Retina?

Worldcoin adalah proyek global yang dipelopori oleh Sam Altman (CEO OpenAI) dan bertujuan untuk menciptakan sistem identitas digital universal, terutama untuk menjangkau populasi yang tidak memiliki akses formal ke dokumen identitas.

Prosesnya dilakukan melalui alat pemindai berbentuk bola logam futuristik bernama The Orb, yang memindai retina atau iris mata seseorang. Data tersebut lalu diubah menjadi “kode hash” dan digunakan untuk menghasilkan World ID, semacam identitas digital unik, serta memberi akses ke token kripto bernama Worldcoin (WLD).

Namun, meskipun diklaim aman, sistem ini masih menuai kontroversi besar di berbagai negara, termasuk Indonesia.

1. Risiko Privasi dan Keamanan Data Biometrik

Data biometrik seperti retina, sidik jari, dan wajah merupakan bentuk identitas yang tidak dapat diubah. Artinya, jika data tersebut bocor atau disalahgunakan, Anda tidak bisa “mengganti” retina seperti mengganti password atau nomor telepon.

Beberapa risiko yang perlu diwaspadai:

  • Pencurian identitas digital. Data retina bisa dipakai untuk verifikasi palsu di masa depan.
  • Penyimpanan di server luar negeri. Tidak jelas apakah data ini tersimpan di dalam negeri atau di server yang tunduk pada hukum asing.
  • Kurangnya kontrol dan transparansi. Anda tidak tahu siapa yang mengakses, menyimpan, atau memanfaatkan data tersebut untuk apa saja.

Meskipun pihak Worldcoin menyatakan data dienkripsi, tidak ada jaminan penuh bahwa sistem tidak bisa ditembus atau dipakai untuk tujuan lain.

2. Belum Ada Izin Resmi di Indonesia

Kementerian Komunikasi dan Digital Indonesia telah menyatakan bahwa aktivitas Worldcoin dan WorldID di Indonesia belum memiliki izin resmi, dan telah dibekukan sementara. Penyelenggara lokal, PT Terang Bulan Abadi, tidak terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) sesuai Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).

Implikasinya:

  • Tidak ada jaminan perlindungan hukum bagi warga yang menyerahkan data.
  • Jika terjadi pelanggaran, masyarakat akan sulit menuntut karena tidak ada regulasi yang mengikat aktivitas penyelenggara.
  • Pemerintah belum menyetujui model bisnis Worldcoin karena belum jelas manfaat dan dampaknya bagi warga.

Ini menunjukkan bahwa pemerintah sendiri masih meragukan keamanan dan kelayakan program ini untuk masyarakat Indonesia.

3. Kurangnya Edukasi Digital: Bahaya di Balik Iming-Iming Uang Tunai

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program scan retina hanya tergiur oleh uang tunai yang langsung diberikan. Banyak yang bahkan tidak tahu apa itu Worldcoin, kegunaan datanya, atau risikonya.

Contoh bahaya akibat kurang edukasi:

  • Masyarakat awam tidak membaca syarat & ketentuan.
  • Tidak memahami bahwa data biometrik bersifat permanen dan tidak bisa ditarik kembali.
  • Menyerahkan hak atas data pribadi tanpa sadar.

Inilah mengapa edukasi digital sangat penting. Imbalan sesaat tidak sebanding dengan kerugian jangka panjang jika data pribadi jatuh ke tangan yang salah.

4. Mengapa Kita Harus Lebih Waspada dan Tidak Mudah Tergiur

Tidak semua teknologi baru membawa manfaat langsung, apalagi jika dibarengi dengan praktik yang tidak transparan. Kita hidup di era di mana data adalah aset paling berharga. Banyak perusahaan rela membayar mahal untuk mendapatkan akses ke data pengguna.

Kita harus paham bahwa:

  • Imbalan instan sering digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi ketidaktahuan masyarakat.
  • Data pribadi bisa digunakan untuk manipulasi politik, finansial, hingga penipuan.
  • Sekali bocor, data biometrik tidak bisa diambil kembali.

Kesimpulan:

Masyarakat perlu lebih waspada dan tidak mudah tergiur oleh imbalan sesaat yang tampak menguntungkan. Data pribadi adalah milik kita dan tidak seharusnya ditukar dengan uang tanpa pertimbangan matang. Apalagi jika menyangkut data biometrik seperti scan retina mata yang bersifat permanen dan tidak bisa diubah. Dengan memahami risiko dan berpikir jangka panjang, kita bisa melindungi diri sendiri dari potensi penyalahgunaan di masa depan.

BACA JUGA ARTIKEL: 5 Tips Hindari Penipuan Online Lewat File APK

Spread the love

Tinggalkan Balasan