
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kuliner digemparkan oleh tren penggunaan edible gold atau emas yang dapat dimakan. Emas tersebut biasanya disajikan dalam bentuk lembaran tipis, serpihan halus, atau serbuk yang digunakan untuk memperindah tampilan makanan dan minuman. Hidangan berlapis emas ini kerap dikaitkan dengan kemewahan, eksklusivitas, serta status sosial tinggi. Namun di balik citra glamor tersebut, muncul pertanyaan penting: apakah mengonsumsi emas benar-benar aman bagi tubuh manusia?
Apa Itu Edible Gold?

Edible gold adalah emas murni dengan kadar kemurnian tinggi, umumnya 22 hingga 24 karat, yang diklaim aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung logam berat berbahaya seperti tembaga atau nikel. Dalam dunia kuliner, edible gold digunakan hanya untuk tujuan estetika, bukan untuk memberikan rasa atau nilai gizi tambahan.
Secara kimiawi, emas termasuk dalam kelompok logam inert, yaitu logam yang tidak bereaksi dengan sebagian besar zat kimia, termasuk asam lambung manusia. Oleh karena itu, sebagian besar ahli menyatakan bahwa emas akan melewati saluran pencernaan tanpa dicerna atau diserap tubuh, lalu dikeluarkan kembali secara alami.
Alasan Edible Gold Dianggap Aman
Beberapa penelitian dan lembaga pengawas makanan di Eropa maupun Amerika Serikat telah menyatakan bahwa emas murni dalam bentuk edible gold termasuk bahan tambahan pangan yang aman dalam jumlah kecil. Hal ini karena emas tidak larut dalam cairan tubuh dan tidak bereaksi dengan jaringan organ manusia.
Dalam industri makanan, edible gold juga telah mendapatkan kode internasional E-175, yang menandakan bahwa bahan ini boleh digunakan sebagai pewarna atau dekorasi makanan, namun dengan batasan yang sangat ketat.
Potensi Bahaya di Balik Konsumsi Edible Gold
Meskipun secara teknis edible gold tergolong tidak beracun, bukan berarti konsumsi emas tidak memiliki risiko. Terdapat beberapa alasan mengapa mengonsumsi makanan berlapis emas dapat dianggap berbahaya atau setidaknya tidak disarankan bagi kesehatan tubuh, antara lain:
- Tidak Memiliki Nilai Gizi atau Manfaat Kesehatan
 Edible gold sama sekali tidak memberikan manfaat nutrisi. Tidak ada kandungan vitamin, mineral, atau zat gizi yang dapat diserap tubuh. Dengan demikian, konsumsi emas hanyalah bentuk konsumsi simbolik yang tidak memberikan nilai kesehatan apa pun.
- Risiko Kontaminasi Logam Berat
 Tidak semua produk edible gold yang beredar di pasaran memiliki standar kemurnian tinggi. Beberapa produk murah mungkin mengandung campuran logam lain yang berpotensi menimbulkan efek toksik, seperti peradangan pada organ pencernaan atau kerusakan hati jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
- Efek Psikologis dan Sosial dari Gaya Hidup Konsumtif
 Tren makan emas sering kali dikaitkan dengan gaya hidup hedonistik dan konsumsi berlebihan. Di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa kebiasaan ini dapat mendorong perilaku konsumtif yang tidak sehat secara psikologis maupun sosial, terutama di kalangan masyarakat yang menjadikan kemewahan sebagai tolok ukur prestise.
- Kemungkinan Reaksi Alergi atau Iritasi
 Meskipun jarang terjadi, individu dengan sensitivitas tertentu terhadap logam mulia dapat mengalami reaksi alergi ringan, seperti iritasi pada mulut atau saluran pencernaan. Risiko ini semakin tinggi bila produk emas yang digunakan tidak benar-benar murni.
Perspektif Etika dan Kesehatan Masyarakat
Dari sudut pandang etika, tren konsumsi makanan berlapis emas juga menimbulkan perdebatan. Dalam konteks global di mana masih banyak masyarakat yang mengalami kekurangan gizi dan akses pangan terbatas, penggunaan logam mulia yang tidak bergizi sebagai dekorasi makanan dapat dipandang sebagai bentuk pemborosan sumber daya.
Selain itu, gaya hidup yang berorientasi pada kemewahan semu seperti ini dapat mengaburkan esensi sebenarnya dari makanan, yaitu sebagai sumber energi dan nutrisi bagi tubuh, bukan sebagai simbol status sosial.
Kesimpulan
Secara ilmiah, edible gold mungkin tidak berbahaya bila dikonsumsi dalam jumlah kecil dan berasal dari sumber yang terpercaya. Namun, dari sisi kesehatan dan rasionalitas konsumsi, mengonsumsi emas tidak memberikan manfaat apa pun bagi tubuh. Risiko kontaminasi logam berat, potensi alergi, serta dampak sosial dari perilaku konsumtif membuat tren ini patut dipertanyakan dari sudut pandang kesehatan publik.
Dengan demikian, meskipun edible gold sering dipromosikan sebagai elemen mewah dalam dunia kuliner modern, perlu diingat bahwa kemewahan tidak selalu identik dengan kesehatan. Mengutamakan nilai gizi, kebersihan, dan keseimbangan dalam makanan jauh lebih bermanfaat dibanding sekadar mengejar prestise dari hidangan berlapis emas.
BACA LEBIH DETAIL: Berani Coba? Makanan Unik Beraroma Tajam yang Ternyata Penuh Nutrisi
