Dalam beberapa tahun terakhir, wearable health tracker seperti smartwatch, fitness band, dan sensor kesehatan portabel telah menjadi tren di kalangan masyarakat. Perangkat ini mampu memantau berbagai indikator kesehatan seperti detak jantung, jumlah langkah, kualitas tidur, hingga kadar oksigen dalam darah. Pertanyaannya, seberapa akurat data yang dihasilkan oleh perangkat ini, dan sejauh mana pengguna dapat mempercayainya?
Bagaimana Wearable Health Tracker Bekerja?
Wearable health tracker menggunakan kombinasi sensor optik, akselerometer, giroskop, dan teknologi pemrosesan data untuk mengukur parameter tubuh.
- Sensor optik biasanya digunakan untuk mengukur detak jantung dan saturasi oksigen melalui cahaya yang menembus kulit.
- Akselerometer berfungsi mendeteksi pergerakan tubuh dan menghitung jumlah langkah.
- Giroskop membantu mengidentifikasi orientasi tubuh serta pola aktivitas.
Data dari sensor ini diproses melalui algoritma yang menginterpretasikan sinyal menjadi informasi yang dapat dibaca pengguna.
Tingkat Akurasi dan Faktor yang Mempengaruhi
Meskipun wearable tracker semakin canggih, tingkat akurasi data sangat bergantung pada beberapa faktor berikut:
- Kualitas dan Kalibrasi Sensor
Perangkat dengan sensor berkualitas tinggi dan algoritma pemrosesan data yang baik biasanya memiliki tingkat akurasi lebih tinggi. Produk premium cenderung memiliki hasil pengukuran yang lebih konsisten. - Posisi dan Pemakaian Perangkat
Kesalahan pengukuran sering terjadi jika perangkat tidak dikenakan dengan benar, misalnya terlalu longgar atau tidak menempel pada kulit secara optimal. - Jenis Aktivitas
Aktivitas dengan gerakan cepat atau intens seperti berlari, berenang, atau bersepeda dapat mengganggu pembacaan sensor, terutama untuk detak jantung. - Kondisi Fisiologis Pengguna
Faktor seperti warna kulit, suhu tubuh, dan tingkat kelembapan kulit dapat memengaruhi pembacaan sensor optik. - Lingkungan
Pencahayaan eksternal yang berlebihan, getaran, atau perubahan suhu lingkungan dapat memengaruhi keakuratan data.
Studi dan Temuan Penelitian
Beberapa penelitian telah menguji akurasi wearable health tracker:
- Pengukuran Detak Jantung: Studi yang diterbitkan di Journal of Personalized Medicine menemukan bahwa pengukuran detak jantung pada smartwatch cenderung akurat saat aktivitas ringan hingga sedang, namun dapat menyimpang hingga 10–20% pada aktivitas intens.
- Penghitungan Langkah: Hasil penghitungan langkah pada perangkat wearable umumnya cukup akurat, dengan margin kesalahan rata-rata di bawah 5%, terutama saat berjalan di permukaan datar.
- Pemantauan Tidur: Walaupun mampu memberikan gambaran umum, akurasi wearable dalam membedakan fase tidur ringan dan dalam masih lebih rendah dibandingkan polisomnografi (standar emas dalam studi tidur).
Kelebihan dan Keterbatasan Wearable Health Tracker
Kelebihan:
- Memungkinkan pemantauan kesehatan secara real-time.
- Mendorong kebiasaan hidup sehat melalui fitur pengingat dan target aktivitas.
- Memudahkan pencatatan riwayat kesehatan secara digital.
Keterbatasan:
- Tidak dapat menggantikan pemeriksaan medis profesional.
- Akurasi bergantung pada faktor teknis dan lingkungan.
- Beberapa perangkat memiliki keterbatasan daya tahan baterai sehingga data yang diperoleh tidak selalu lengkap.
Kesimpulan
Wearable health tracker merupakan alat yang bermanfaat untuk memantau kesehatan sehari-hari dan mendorong gaya hidup aktif. Namun, data yang dihasilkan tidak selalu 100% akurat. Pengguna sebaiknya memandang hasil pengukuran sebagai informasi pendukung, bukan sebagai satu-satunya sumber diagnosis kesehatan. Untuk pengambilan keputusan medis, pemeriksaan langsung oleh tenaga kesehatan tetap diperlukan.
BACA JUGA ARTIKEL: Olahraga Berbahaya Hindari Beberapa Alat Ini Sebelum Cendera