Gangguan kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID) adalah kondisi kesehatan mental yang sering kali disalahpahami oleh masyarakat. Artikel ini membantu Anda dalam memahami Dissociative Identity Disorder (DID) dalam berbagai bentuk stigma yang dihadapi oleh penderitanya, serta dampaknya terhadap kehidupan mereka, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi stigma tersebut.
Bentuk Stigma terhadap Gangguan Kepribadian Ganda
Stigma terhadap DID dapat muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya:
- Miskonsepsi tentang Kondisi: Banyak yang menganggap DID sebagai gangguan fiktif atau mengira bahwa penderitanya hanya berpura-pura memiliki identitas ganda untuk mencari perhatian. Padahal, DID adalah kondisi yang telah diakui secara medis dan sering kali terkait dengan trauma berat pada masa kecil.
- Penghakiman Moral: Beberapa orang memandang individu dengan DID sebagai orang yang “bermasalah” atau “berbahaya,” terutama karena pengaruh media yang sering menggambarkan mereka secara negatif, seperti karakter penjahat dalam film.
- Kurangnya Dukungan Sosial: Stigma juga muncul dalam bentuk isolasi sosial. Keluarga, teman, atau komunitas mungkin menjauh karena tidak memahami kondisi tersebut, sehingga penderita merasa terasing.
- Diskriminasi dalam Layanan Kesehatan: Banyak tenaga kesehatan yang kurang terlatih dalam menangani DID, sehingga mereka cenderung meremehkan gejala atau memberikan diagnosis yang salah, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar.
Dampak Stigma terhadap Penderita DID
Stigma yang melekat pada DID dapat membawa dampak signifikan terhadap kehidupan penderita, antara lain:
- Kesehatan Mental yang Memburuk: Rasa malu, rendah diri, dan ketakutan akan penolakan dapat memperparah gejala dissosiasi dan memperlambat proses pemulihan.
- Hambatan dalam Mencari Bantuan: Karena takut dihakimi, banyak penderita yang enggan mencari bantuan medis atau berbicara tentang pengalaman mereka.
- Peningkatan Risiko Isolasi Sosial: Tidak adanya dukungan dari orang-orang terdekat dapat membuat penderita merasa sendirian, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mereka.
- Kesulitan dalam Pekerjaan dan Kehidupan Sehari-Hari: Stereotip negatif dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan atau menjalani kehidupan normal.
Langkah untuk Mengurangi Stigma
Upaya untuk mengurangi stigma terhadap DID membutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk masyarakat umum, media, tenaga medis, dan pemerintah. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
- Edukasi Publik Mengadakan kampanye kesadaran untuk menjelaskan apa itu DID, penyebabnya, dan bagaimana penderita dapat hidup dengan kondisi tersebut. Informasi yang akurat dapat membantu menghilangkan mitos.
- Representasi Media yang Bertanggung Jawab: Media memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Oleh karena itu, penting untuk menggambarkan penderita DID secara realistis dan empatik, bukan sekadar menggunakan mereka sebagai karakter “unik” atau “berbahaya.”
- Pelatihan untuk Tenaga Medis: Memberikan pelatihan khusus kepada dokter, psikolog, dan tenaga medis lainnya agar mereka dapat mengenali dan menangani DID dengan lebih baik.
- Menciptakan Ruang Aman bagi Penderita: Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting. Dengan menciptakan lingkungan yang menerima, penderita DID dapat merasa lebih nyaman untuk berbicara tentang kondisi mereka.
Kesimpulan
Stigma terhadap gangguan kepribadian ganda adalah tantangan besar yang harus dihadapi oleh penderita dan masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran, memberikan informasi yang akurat, dan menciptakan lingkungan yang inklusif, kita dapat membantu mengurangi stigma ini. Penting bagi kita semua untuk mengingat bahwa penderita DID adalah individu yang berjuang untuk hidup normal di tengah trauma dan tantangan yang mereka alami. Dengan empati dan dukungan, kita dapat membantu mereka merasa diterima dan dihargai.
BACA JUGA ARTIKEL: Kelemahan Orang Narsistik: Di Balik Topeng Kepercayaan Diri