<p>Fenomena orang tua tunggal (single parent) semakin banyak ditemukan di berbagai lapisan masyarakat. Kondisi ini dapat terjadi karena perceraian, kematian pasangan, atau keputusan untuk membesarkan anak tanpa pasangan sejak awal. Di balik ketangguhan dan peran ganda yang dijalankan, menjadi single parent membawa konsekuensi besar, baik bagi orang tua maupun bagi anak. Salah satu aspek yang paling penting untuk diperhatikan adalah dampaknya terhadap kondisi psikologis anak.</p>
<!-- WP QUADS Content Ad Plugin v. 2.0.93 -->
<div class="quads-location quads-ad3" id="quads-ad3" style="float:none;margin:0px;">

</div>




<p><strong>Peran Keluarga dalam Pembentukan Psikologis Anak</strong></p>



<p>Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses pembentukan kepribadian anak. Melalui interaksi di rumah, anak belajar mengenali emosi, membangun kepercayaan diri, serta memahami nilai-nilai sosial. Ketika struktur keluarga berubah, misalnya karena salah satu orang tua tidak lagi hadir secara fisik maupun emosional pola pengasuhan juga ikut mengalami pergeseran.<br>Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran kedua orang tua berkontribusi terhadap kestabilan emosi dan rasa aman anak. Sebaliknya, dalam keluarga tunggal, anak seringkali menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan peran dan dinamika <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Emosi">emosional</a> di rumah.</p>



<p><strong>Dampak Psikologis pada Anak dari Keluarga Single Parent</strong></p>



<figure class="wp-block-image size-large"><a href="https://duniacerdas.com/wp-content/uploads/2025/10/Dampak-Psikologis.png"><img src="https://duniacerdas.com/wp-content/uploads/2025/10/Dampak-Psikologis-1024x576.png" alt="Dampak Psikologis pada Anak dari Keluarga Single Parent" class="wp-image-7694" /></a></figure>



<p><strong>1. Rasa Kehilangan dan Ketidakstabilan Emosi</strong></p>



<p>Anak yang tumbuh dalam keluarga orang tua tunggal dapat mengalami perasaan kehilangan figur yang berperan penting dalam kehidupannya. Hal ini dapat menimbulkan emosi negatif seperti kesedihan, kebingungan, atau bahkan kemarahan. Anak mungkin merasa tidak lengkap dibanding teman-teman seusianya yang memiliki kedua orang tua, terutama pada masa-masa penting seperti perayaan sekolah atau kegiatan keluarga.</p>



<p><strong>2. Kecemasan dan Rasa Tidak Aman</strong></p>



<p>Ketidakstabilan dalam rutinitas keluarga juga dapat memicu kecemasan pada anak. Misalnya, ketika anak melihat orang tuanya harus bekerja lebih keras atau menghadapi tekanan ekonomi, mereka bisa merasa khawatir akan masa depan atau takut kehilangan satu-satunya figur yang mereka miliki. Perasaan tidak aman ini, jika tidak ditangani, dapat berdampak pada perkembangan kepribadian dan kemampuan anak dalam menjalin hubungan sosial.</p>



<p><strong>3. Gangguan dalam Regulasi Emosi dan Perilaku</strong></p>
<!-- WP QUADS Content Ad Plugin v. 2.0.93 -->
<div class="quads-location quads-ad1" id="quads-ad1" style="float:none;margin:0px;">

</div>




<p>Beberapa studi menemukan bahwa anak dari keluarga single parent lebih rentan mengalami kesulitan dalam mengelola emosi, seperti mudah marah atau menarik diri dari lingkungan sosial. Hal ini sering kali bukan karena kurangnya kasih sayang, tetapi akibat dari tekanan psikologis yang dialami baik oleh anak maupun orang tua. Perubahan peran orang tua yang harus menjalankan dua fungsi sekaligus pengasuhan dan pencari nafkah dapat menyebabkan waktu interaksi emosional menjadi terbatas.</p>



<p><strong>4. Dampak terhadap Prestasi Akademik dan Sosial</strong></p>



<p>Kondisi psikologis anak sangat berpengaruh terhadap kinerja akademik dan hubungan sosial di sekolah. Anak yang merasa kurang mendapat perhatian emosional cenderung menunjukkan penurunan motivasi belajar, sulit berkonsentrasi, atau memiliki masalah disiplin. Selain itu, mereka dapat mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan diri dan hubungan yang sehat dengan teman sebaya.</p>



<p><strong>Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Dampak</strong></p>



<p>Tidak semua anak dari keluarga single parent mengalami dampak yang sama. Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:</p>



<ul class="wp-block-list">
<li><strong>Kualitas hubungan dengan orang tua yang tinggal bersama.</strong> Anak yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orang tua tunggalnya lebih mampu beradaptasi secara psikologis.</li>



<li><strong>Dukungan sosial dari lingkungan.</strong> Kehadiran kakek-nenek, saudara, atau komunitas dapat membantu anak merasa lebih diterima dan terlindungi.</li>



<li><strong>Cara orang tua mengelola stres dan komunikasi.</strong> Orang tua yang mampu menjaga stabilitas emosi dan terbuka terhadap anak cenderung mengurangi risiko gangguan psikologis.</li>
</ul>



<p><strong>Upaya Mengurangi Dampak Psikologis</strong></p>



<p>Untuk meminimalkan dampak negatif, diperlukan pendekatan yang menyeluruh antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Orang tua tunggal perlu membangun komunikasi yang terbuka dengan anak, memberikan perhatian emosional secara konsisten, dan menunjukkan rasa aman dalam setiap situasi.<br>Selain itu, sekolah dapat berperan dengan menyediakan konselor pendidikan yang peka terhadap latar belakang keluarga anak. Pemerintah dan lembaga sosial juga diharapkan memberikan dukungan melalui program pendampingan psikologis dan edukasi bagi single parent.</p>



<p><strong>Kesimpulan</strong></p>



<p>Kehidupan sebagai single parent tidak hanya menuntut ketangguhan, tetapi juga kesadaran terhadap kondisi psikologis anak. Anak dari keluarga orang tua tunggal memang berpotensi menghadapi berbagai tekanan emosional, namun dengan dukungan yang tepat, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang resilien dan berprestasi. Kunci utamanya terletak pada kualitas hubungan emosional, komunikasi terbuka, serta dukungan sosial yang memadai.
<!-- WP QUADS Content Ad Plugin v. 2.0.93 -->
<div class="quads-location quads-ad2" id="quads-ad2" style="float:none;margin:0px;">

</div>
</p>



<p>BACA JUGA ARTIKEL: <a href="https://duniacerdas.com/keluarga/dampak-perceraian-orang-tua-terhadap-psikologi-anak/">Dampak Perceraian Orang Tua terhadap Psikologi Anak</a>

Single Parent Punya Dampak Besar Pada Psikologis Anak

